Jumat, 01 Mei 2009

Kisah Segenggam Garam

Suatu
ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah
seorang pemuda yang kelihatannya sedang dirundung banyak masalah.
Langkahnya gontai dan air muka sangat kusut. Pemuda itu, memang tampak
seperti orang yang tak bahagia. Kemudian Ia menyampaikan segala keluh
kesahnya pada Pak Tua. Dengan tatapan yang bijak, Pak Tua hanya
mendengarkan dengan seksama, tanpa berkomentar sedikitpun.

Setelah pemuda itu selesai, Pak Tua segera mengambil segenggam garam, dan
meminta
sang
pemuda untuk menyiapkan segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam
gelas, lalu diaduknya perlahan. "Coba, minum ini, dan katakan bagaimana
rasanya.", ujar Pak tua itu. "Pahit. Pahit sekali", jawab sang pemuda,
sambil memuntahkan semua air yang diminumnya. Pak Tua itu, sedikit
tersenyum.

Pak
Tua kemudian mengajak tamunya untuk berjalan ke tepi telaga di dalam
hutan dekat tempat tinggalnya. Sesampainya di telaga, Pak Tua itu lalu
kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan
sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk seakan garam itu
dibuatnya merata ke seluruh telaga.

"Coba
ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Setelah pemuda itu meminumnya,
Pak Tua bertanya lagi, "Bagaimana rasanya?". Pemuda menjawab,"segar".
"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi.
"Tidak", jawab si pemuda.

Dengan
bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si Pemuda. Ia lalu
mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. "Anak
muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam,
tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan
memang akan tetap sama.

"Tapi,
kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang
kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita
meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi,
saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu
hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya.

Pak
Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Luasnya hatimu, akan
menawarkan segala kepahitan yang mendatangimu. Janganlah pernah engkau
menolaknya, karena kepahitan itu selalu datang untuk mendewasakanmu,
menyiapkan dirimu tuk menyambut kepahitan berikutnya...

(Diambil dari mailing list Sufi)

0 komentar:


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Bridal Dresses. Powered by Blogger